Reksadana adalah Instrumen Investasi dan Ini 3 Tips Memilihnya

Reksadana adalah salah satu produk yang dijadikan sebagai objek jual beli dalam kegiatan jual beli pasar modal. Di Indonesia, reksadana adalah salah satu alternatif investasi yang terbilang baru. Meski begitu, perkembangan reksadana ternyata cukup popular di pasar modal Indonesia. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai reksadana, simak penjelasan berikut!
Pengertian Reksadana
Dalam Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 disebutkan, reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Manajer investasi (MI) akan mengumpulkan dana dari investor untuk dikelola dalam penempatan investasi di pasar modal atau pasar uang.
Dengan kata lain, reksadana digunakan investor untuk menitipkan uangnya ke MI untuk diinvestasikan dengan tujuan mendatangkan keuntungan bagi investor. Uang dari investor akan ditempatkan MI ke berbagai instrumen investasi, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), obligasi, saham, deposito berjangka, dan lain-lain.
Dalam berinvestasi reksadana, tetap memperhatikan prinsip-prinsip dalam berinvestasi. Karena sama seperti instrumen-instrumen investasi lainnya, reksadana tentu memiliki keuntungan dan kerugian. Meskipun kerugian yang ditimbulkan tidak sebesar kerugian instrumen-instrumen investasi lainnya.
Jenis-Jenis Reksadana
Berdasarkan portofolio investasinya, jenis-jenis reksadana terbagi menjadi:
-
Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund)
Reksadana pendapatan tetap merupakan jenis reksadana yang investasinya sekurang-kurangnya 80 persen dari aktivita dalam bentuk efek utang atau obligasi. Investasi ini mengutamakan kestabilan pengembalian dan resikonya lebih besar dibandingkan reksadana pasar uang.
-
Reksadana Campuran (Balance Mutual Fund)
Reksadana campuran yaitu reksadana yang mengalokasikan dana investasinya dalam portofolio yang bervariasi. Instrumen investasinya berbentuk saham dan dikombinasikan dengan obligasi. Pertumbuhan harga dan pendapatan menjadi tujuan utama reksadana campuran. Risiko reksadana campuran bersifat moderat dengan potensi tingkat pengembalian yang tinggi dibandingkan reksadana pendapatan tetap.
-
Reksadana Saham (Equity Fund)
Reksadana saham adalah jenis investasi sekurang-kurangnya 80 persen dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas. Tujuannya untuk pertumbuhan harga saham atau unit dalam jangka panjang. Risikonya relatif lebih tinggi dari reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap, namun potensi tingkat pengembaliannya paling tinggi.
-
Reksadana Pasar Uang (Money Market Fund)
Reksadana pasar uang adalah instrumen yang melakukan investasi pada jenis instrumen investasi pasar uang dengan masa jatuh tempo kurang dari satu tahun. Bentuk instrumen reksadana pasar uang berupa, time deposit (deposito berjangka), certificate of deposit (sertifikat deposito), Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang dan lain-lain.
Baca juga: 5 Cara Investasi Reksadana Paling Mudah dan Cocok untuk Pemula
Keuntungan Reksadana
Ada beberapa keuntungan dalam melakukan investasi, di antaranya:
-
Dikelola Manajemen Profesional
Dalam reksadana, uang dari investor akan dikelola oleh manajer investasi (MI) yang keahliannya mengelola dana. Peran MI sangat penting, karena pemodal pada umumnya memiliki keterbatasan waktu, sehingga tidak memiliki waktu untuk melakukan riset langsung dalam menganalisa harga efek serta mengakses informasi ke pasar modal.
-
Penyebaran Investasi
Penyebaran investasi dalam wujud portofolio akan mengurangi risiko, karena dana diinvestasikan ke berbagai jenis efek, sehingga risikonya pun juga menyebar. Artinya, risiko yang dimiliki tidak sebesar jika Anda membeli satu atau dua jenis saham atau efek secara mandiri.
-
Transparansi Informasi
Perkembangan portofolio dalam reksadana dan biaya secara kontinyu diinformasikan secara langsung. Sehingga pemilik reksadana dapat memantau keuntungannya, biaya, dan risiko setiap waktu. Pengelola reksadana wajib mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) setiap hari melalui surat kabar serta menerbitkan laporan keuangan baik tengah tahunan dan tahunan secara teratur.
-
Likuiditas Tinggi
Setiap instrumen investasi harus memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, termasuk reksadana. Sehingga pemodal dapat mencairkan kembali Unit Penyertaannya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing reksadana.
-
Biaya Rendah
Reksadana memiliki biaya yang rendah karena berupa kumpulan dana dari banyak pemodal, yang kemudian dikelola secara profesional. Sehingga sejalan dengan besarnya kemampuan untuk melakukan investasi. Biaya transaksi menjadi lebih rendah dibandingkan investor individu.
Risiko Investasi Reksadana
Beberapa risiko dalam berinvestasi reksadana, yaitu:
-
Menurunkan NAB Unit Penyertaan
Jika harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan dalam portofolio reksadana mengalami penurunan, maka Nilai Aktiva Bersih (NAB) Unit Penyertaan juga ikut turun. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, di antaranya kinerja bursa saham yang memburuk, terjadi kinerja emiten yang memburuk, situasi politik, dan ekonomi yang tidak menentu.
-
Risiko Likuiditas
Potensi likuiditas bisa terjadi bila pemegang Unit penyertaan reksadana pada salah satu manajer investasi melakukan penarikan dana dalam jumlah yang besar pada hari dan waktu yang sama.
Hal ini terjadi jika ada faktor negatif yang luar biasa sehingga memengaruhi investor reksadana melakukan penjualan Unit Penyertaan reksadana. Faktor-faktor yang memengaruhi umumnya kebangkrutan beberapa emiten publik yang sahamnya menjadi portofolio reksadana atau dilikuidasinya perusahaan manajer investasi.
-
Risiko Pasar
Risiko pasar adalah pasar yang sedang mengalami kondisi bearish (harga saham atau instrumen investasi lainnya mengalami penurunan drastis). Risiko pasar terjadi secara tidak langsung akan mengakibatkan NAB pada Unit Penyertaan reksadana mengalami penurunan juga, sehingga dalam memilih reksadana, investor harus memperhatikan tren pasar.
-
Risiko Default
Jika pihak manajer investasi membeli obligasi milik emiten yang mengalami kesulitan keuangan (padahal sebelumnya baik-baik saja), sehingga pihak emiten terpaksa tidak membayar kewajibannya. Risiko ini bisa dihindari dengan memilih manajer investasi yang menerapkan strategi pembelian portofolio investasi yang jeli.
Baca juga : Jadi Crazy Rich dengan 7 Instrumen Pasar Modal Ini!
Tips Memilih Reksadana
Sebelum memilih reksadana sebagai instrumen investasi, perhatikan beberapa tips memilihnya berikut:
1. Tujuan Investasi
Sama seperti berinvestasi pada instrumen atau obyek yang lain, memilih reksadana juga harus memiliki tujuan. Hal ini karena begitu banyak pilihan produk investasi dan akhirnya membuat Anda bingung. Bagi Anda yang memiliki karakter atau profil risiko konservatif, serta mencari produk investasi untuk tujuan jangka pendek, pilihlah reksadana pasar uang.
2. Cermat Memilih Manajer Investasi
Reksadana dilakukan oleh manajer investasi, maka perlu Anda perhatikan untuk melihat dan mencermati betul sebelum memilih manajer investasi. Pastikan cara kerja dan kebijakan manajer investasi baik dan transparan. Mengetahui tentang performa manajer investasi menjadi hal wajib untuk Anda lakukan.
3. Mengetahui Biaya yang Dibebankan
Sebagai investor, Anda tidak hanya memperhatikan keuntungan semata, tetapi juga biaya-biaya yang menyertai produknya. Salah satu biaya yang dibebankan pada investor adalah management fee bagi manajer investasi. Sehingga Anda perlu mencari tahu terlebih dahulu detail pembagian keuntungan dan berdasarkan sistem seperti apa. Selain management fee, dalam reksadana umumnya ada biaya masuk, biaya pengalihan, dan biaya pencairan.
Perdalam ilmu pasar modal dan cara memilih instrumennya dengan bergabung ke Seminar My Profit Solution langsung dari pakarnya! Mr Tung Desem Waringin adalah master trainer terbaik Indonesia sekaligus pengusaha sukses yang akan berbagi resep rahasia tentang investasi pasar modal yang dijamin DAHSYAT! Daftarkan diri Anda sekarang juga dengan klik di sini!