Artikel

Dapatkan informasi terbaru dari Kami

Jangan Sepelekan! Ini Bahaya Toxic Positivity yang Harus Anda Tahu!

Sumber: freepik

Anda mungkin sudah tidak asing dengan kata toxic. Jika diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia, kata ini berarti racun. Kata tersebut juga kerap disematkan ke berbagai ungkapan yang merujuk pada konotasi negatif, seperti misalnya toxic positivity. 

Berpikir positif memang hal yang baik, tapi pada kasus tertentu, hal tersebut justru menjadi bumerang yang merugikan diri sendiri. Bagi Anda yang masih bingung dalam memaknai istilah toxic positivity, artikel berikut akan menjelaskan secara gamblang tentang pengertian, ciri-ciri, dampak, dan juga cara menghindarinya. Simak baik-baik ya!

Pengertian Toxic Positivity

Berpikir positif ternyata tak selamanya baik, apalagi jika hal ini dipaksakan ketika seseorang atau bahkan Anda sendiri sedang berada di titik terendah dalam kehidupan. Kondisi inilah yang menjadi latar belakang munculnya istilah toxic positivity.

Toxic positivity adalah keadaan dimana seseorang bersikeras atau dipaksa untuk tetap berpikir positif secara berlebihan sehingga mengabaikan emosi-emosi negatif yang bergumul di dalam pikiran. Padahal, perasaan Anda itu valid dan lumrah sebagai manusia merasa terpukul dengan berbagai masalah atau cobaan yang hadir dalam hidup. 

Memaksakan pikiran positif yang berlebihan juga menjadi bentuk penyangkalan pada diri sendiri atau orang lain. Berbagai emosi negatif yang berkecamuk di dalam benak seolah-olah dibungkam yang justru bisa berdampak buruk terutama pada kesehatan mental seseorang. 

Merasa kecewa, marah, sedih, sakit hati, hingga frustasi adalah hal lumrah yang bisa dirasakan seseorang. Saat Anda merasakan atau menemui seseorang yang mengalami hal ini, maka Anda harus mengakui dan menerimanya alih-alih menyangkal perasaan tersebut.

Namun sayangnya, orang-orang yang terjebak dalam lingkaran toxic positivity selalu berusaha untuk baik-baik saja dan enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya. Berbagai penolakan atas emosi negatif tersebut dapat mengakibatkan masalah kesehatan apabila terjadi dalam waktu yang lama. 

Umumnya, jebakan untuk berpikir positif secara berlebihan ini bisa menyebabkan stres, depresi, gangguan kecemasan, susah tidur, hingga melakukan hal-hal di luar nalar. Oleh sebab itu, penting bagi seseorang untuk menerima segala emosi yang dirasakan tanpa harus menyangkalnya demi menjaga kesehatan mental.

Ciri-ciri Toxic Positivity

Sayangnya, banyak orang yang tidak sadar bahwa mereka sedang berada dalam kondisi ini. Padahal sebenarnya hal tersebut mudah untuk diketahui. Oleh sebab itu, kenali toxic positivity melalui ciri-cirinya berikut ini.

1. Menyangkal Perasaan yang Tengah Dirasakan

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa orang suka berpikir positif secara berlebihan cenderung menyangkal semua bentuk emosi negatif yang sedang dirasakan. Anda mungkin sadar sedang sedih, marah, atau kecewa, tapi berusaha menolak dan menahan emosi tersebut dengan berpikir positif. Sejatinya, tindakan tersebut bukanlah hal yang baik karena akan membuat seseorang enggan berdamai dengan dirinya sendiri.

2. Lari dari Masalah

Apakah Anda adalah orang yang suka lari dari masalah? Hati-hati, bisa jadi Anda tengah berjibaku dengan toxic positivity. Dalam hidup, Anda tidak akan pernah luput dari masalah. Oleh sebab itu, sepatutnya masalah tersebut diselesaikan dan dicari solusinya alih-alih menghindarinya.

3. Suka Menghakimi

Ciri-ciri selanjutnya bisa Anda rasakan saat berbagi curahan hati dengan teman. Apakah Anda pernah menyampaikan uneg-uneg ke teman kemudian mendapatkan respon yang tidak mengenakan atau terkesan menghakimi? 

Jika iya, maka dapat dipastikan bahwa teman Anda punya kecenderungan pada toxic positivity. Karakter teman seperti ini umumnya akan melontarkan kalimat yang semakin membuat Anda terbebani dan merasa bersalah pada diri sendiri terhadap berbagai permasalahan yang sedang dialami.

Selain menghakimi, biasanya mereka sering membanding-bandingkan problematika hidup Anda dengan dirinya sendiri atau orang lain, seolah-olah apa yang Anda alami hanyalah persoalan sepele belaka. Jika dibiarkan, hal ini justru akan menjatuhkan mental seseorang dan membuatnya semakin ingin bungkam dan mengubur perasaannya.

4. Kesulitan dalam Mengelola Emosi

Menyangkal semua perasaan negatif yang dirasakan juga mengakibatkan seseorang kesulitan dalam mengontrol emosi. Hal ini tentu menyiksa batin dan membuat seseorang kewalahan sehingga membuat emosinya sulit dikendalikan.

Dampak Negatif Toxic Positivity

Perasaan yang terus disangkal dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi kondisi mental seseorang. Efek toxic positivity tersebut biasanya menyerang psikis seseorang dan cara mereka bersikap di depan umum. Berikut ini adalah beberapa dampak negatif yang biasanya ditemui.

  1. Mengalami stres;
  2. Merasakan cemas berlebihan;
  3. Enggan bersosialisasi;
  4. Merasa kurang bahagia;
  5. Menganggap dirinya paling benar;
  6. Dijauhi orang-orang  sekitar;
  7. Kesehatan mental terganggu.

toxic positivity

Sumber: freepik

Begini Cara Menghindarinya!

Tenang, belum terlambat untuk mengatasi kondisi tersebut. Setiap permasalahan selalu ada solusinya, yang jadi pertanyaan, apakah Anda sudah siap untuk mengambil jalan keluar tersebut? Semua keputusan ada di tangan Anda sendiri. Berikut telah terangkum beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari kondisi toxic positivity.

1. Berdamai dengan Diri Sendiri

Cara menjauhkan pikiran positif yang berlebihan bisa dimulai dari sendiri. Cobalah untuk berdamai dengan diri sendiri dan luapkan segala emosi negatif yang dirasakan. Dengarkan apa kata hati Anda dan mulailah menghargai serta mencintai diri sendiri. Lama kelamaan, hati akan menjadi lebih tenang dan Anda juga bisa lebih mudah dalam memahami orang lain. 

2. Mengeluarkan Emosi Negatif

Toxic positivity terjadi karena Anda selalu berusaha menyangkal semua emosi negatif yang dirasakan. Oleh sebab itu, mulailah untuk membuka batasan tersebut dan keluarkan emosi negatif yang ada di dalam pikiran. Jujurlah atas perasaan yang Anda rasakan dan jangan ragu untuk mengakuinya. Ekspresikan perasaan tersebut kepada orang yang bisa memahami Anda. Namun jika tidak memungkinkan, Anda bisa menuliskannya ke dalam jurnal atau buku harian.

3. Tidak Membanding-bandingkan

Stop membanding-bandingkan masalah Anda maupun orang lain karena kita tidak pernah tahu kondisi dan kesehatan mental mereka. Membanding-bandingkan masalah hanya akan memperparah keadaan dan memicu hal-hal yang merugikan diri sendiri dan juga orang lain.

4. Kurangi Bermain Media Sosial

Jejaring sosial menjadi tempat untuk mengekspresikan diri lewat tulisan, foto, atau video. Namun, seringkali postingan yang terlihat di media sosial justru memprovokasi perasaan dan semakin memperburuk kondisi Anda. Oleh sebab itu, alangkah lebih baik jika Anda mengurangi bermain media sosial dan fokus pada kehidupan di dunia nyata.

Anda tentunya tidak mau kondisi ini menimpa anak sendiri bukan? Oleh sebab itu, luangkanlah waktu untuk putra putri tercinta dan dengarkan segala keluh kesahnya tanpa penghakiman. Ajak mereka untuk melakukan berbagai kegiatan positif yang bermanfaat dengan mengikuti Superteen & Smartkids Bootcamp!

Superteens & Smartkids Bootcamp adalah program belajar yang dibalut dengan aktivitas seru untuk anak-anak usia 9 hingga 21 tahun. Penasaran dengan benefit yang akan Anda dapatkan? Cari tahu di sini untuk informasi pendaftaran dan lain-lainnya.